Monday, August 3, 2015

Analogi Gelas

Bismillahirrahmaanirrahiim,

hari ini saya mengikuti sebuah training leadership. Disana dijelasin ada beberapa tipe peserta yang ikut training dengan menggunakan analogi gelas (kalo boleh postingannya tolong dibaca ampe abis, hehe)
, yaitu sebagai berikut :

  1. Gelas Tertutup 
      Kalo kita sebagai wadah penerima ilmu diibaratkan sebagai gelas, dan ilmu sebagai airnya, bisa dibayangin kan gimana jadinya kalo kita nuangin air ke gelas yang tertutup? that's right, tumpah, sama sekali ga masuk ke gelas. Intinya, ini tipe peserta yang dari awal gak niat buat ikut training, dan belum bersedia membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu.

  2. Gelas Bocor
      Ini jenis peserta training yang pikirannya melayang-layang. Denger sih apa yang dijelasin, tapi yaudah denger doang, terus keluar lagi. Ibarat menuangkan air ke dalam gelas bocor.

  3. Gelas Penuh
      Peserta yang di analogikan dengan gelas penuh adalah peserta yang merasa ilmunya sudah banyak, sehingga ngga muat buat diisi lagi. Ya, bisa dibilang jenis ini adalah tipe orang yang sombong kali ya. Ngga juga sih, mudah2an emang ilmunya udah banyak.

  4. Gelas Kosong / Setengah Penuh
      Nah, yang ini peserta idaman. Datang 'gak bawa apa-apa' ato minimal datang bawa bekal dikit lah. Jadi, apa yang dijelasin sama trainer insyaAllah bisa masuk dan diterima oleh si peserta. Idealnya sih gelas setengah penuh ya (kalo di blognya mas Luqman Bayasut gelasnya dilengkapi dengan saringan, jadi bisa memilah2 ilmu yang diterima juga. Saya setuju asal saringannya juga harus benar tentunya).


Analogi gelas ini gak cuma bisa kita terapkan pada training aja, tapi di mana aja kita berada. Falsafah minangkabau mengatakan :

Satitiak jadikan lauik 
Sakapa jadikan gunuang 
Alam takambang jadi guru

Intinya pelajaran itu bisa diambil dari mana aja, bahkan kita bisa belajar dari anak kecil atau binatang sekalipun, asalkan kita menjadi 'Gelas Kosong dengan Saringan yang Baik' tadi. 

***

Nah sekarang, yang ingin saya bahas sebenarnya adalah "Gimana Caranya Memperbesar Ukuran Gelas". Sejujurnya dalam hal ini yang kepikiran oleh saya adalah menjadikan air sebagai bahan penyusun gelas kita. Tapi karena agak sulit dibayangkan, jadi untuk sementara gak usah pake analogi gelas dulu ya, hehe.

Pokoknya maksud saya itu ya gimana caranya memperbesar 'wadah' ilmu yang kita miliki ini, jadi gelas kita yang tadinya hampir penuh, bisa setengah penuh lagi. Bukan karena isinya berkurang, tapi karena gelasnya yang makin gede. Sip, langsung aja ya:

  1. Luruskan Niat
      'Luruskan niat'? Lah apa hubungannya? Barangkali hal ini bisa kita ibaratkan dengan memilih saringan. Seandainya kita menggunakan saringan yang jelek, tentu akan banyak kotoran yang tercampur pada air yang masuk ke dalam wadah kita. Nah, tentunya kita ingin ilmu yang masuk ke dalam wadah ilmu kita pun adalah ilmu yang sudah kita saring dengan saringan yang baik tadi.
Contoh : - Niat a : Saya ingin belajar jadi orang kaya. Si a belajar segala cara jadi kaya termasuk cara menipu orang lain atau bahkan cara ngepet sekalipun.
               - Niat b : Saya ingin belajar jadi orang kaya dengan halal. Si b belajar apa manfaatnya sedekah, gimana jual beli tanpa riba, dll.

Yah, gitulah kira2 gambarannya, hanya kata2 'dengan halal' saja bisa memberi dampak yang signifikan terhadap jalan yang kita pilih.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

  2. Buka Hati dan Pikiran Kita
      Langsung contoh aja ya..
Contoh : - Lagi di jalan buang sampah sembarangan, keliatan ama orang lain. Orang itu bilang, "Dek kok buang sampah sembarangan?" Terus dijawab, "Suka2 gue dong, emang jalan punya nenek moyang lo apa".
               - Ilmuwan A dari Jerman menemukan sebuah kendaraan beroda 4 yang disebut mobil. Si B terus ga mau naik mobil. Pas ditanya kenapa, jawabnya, "Ogah, produk kafir".

Barangkali sikap seperti inilah yang sering membuat gelas kita ukurannya segitu2 aja. Kalo emang mau gelasnya lebih besar, ya harus bersedia membuka hati dan pikiran kita. Seperti yang saya tulis sebelumnya, ilmu itu bisa bersumber dari mana saja, bahkan dari anak kecil sekalipun. Mengenai contoh kedua diatas misalnya, mungkin orangnya kafir, tapi terus kalo orangnya kafir, ilmunya ikutan kafir? Kan engga. Inilah pentingnya memilih saringan yang saya sampaikan diawal tadi.

  3. Banyak Membaca
      Membaca emang syarat yang paling penting kalo kita mau memperbesar gelas kita. Seandainya kita gak membaca, atau sedikit membaca, barangkali kita gak akan tahu kalo diluar sana ada begitu banyak ilmu yang hingga saat ini, belum ketemu ujungnya. Contoh (berdasarkan pengetahuan saya yang sangat minim): 
  - dalam pelajaran astronomi, sampe saat ini belum ditemukan ujung dari alam semesta (makrokosmos). 
  - dalam pelajaran fisika, ternyata masih ada yang lebih kecil daripada atom (mikrokosmos).
  - dalam pelajaran biologi, belum jelas gimana sel bisa menyuruh dirinya sendiri untuk melakukan suatu pekerjaan dan dalam waktu yang bersamaan berkolaborasi dengan sel-sel lainnya menjadi suatu jaringan demi membentuk organ yang memiliki fungsi berbeda-beda. (emang programnya udah ada di inti sel, lah tapi itu datangnya darimana..)
  - dll

Perintah pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw. pun adalah membaca. Hal ini sekali lagi menegaskan pentingnya membaca. 

“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S Al-'Alaq [96] : 1-5)

Nah, yang kepikiran baru ini sih, kalo ada yang mau nambahin lagi silahkan.  
Kalo ada yang mau diskusi juga boleh banget, bisa komen atau kalo mau pm via fb ato email boleh juga. 

Mudah2an ada manfaatnya.

Wallahua'lam

No comments:

Post a Comment